Membaca tentang salah seorang pengebom anak buah hasil didikan noordin siswa smu yang baru lulus. Seorang anak yang terkenal alim di mata keluarga dan lingkungannaya.
Akupun jadi teringat kembali saat-saat masuk SMU, lagi senang-senangnya menjadi gadis remaja. Mengikuti MOS untuk lebih mengenal lingkungan sekolah dan sebagai ajang tebar pesona untuk para senior. Dalam kegiatan tersebut juga ada pengenalan dari masing-masing ekstrakurikuler. Bingung juga menentukan pilihan kegiatan yang harus diikuti. Akhirnya akupun mencoba masuk kegiatan rohis mengikuti ajakan seorang teman. Sebenarnya motivasi ikut karena seniornya cakep-cakep, maklumlah ABG
Serentetan kegiatan adalah kajian keagamaan yang membimbing aku dan teman-teman dari para sukarelawan. Ternyata para pembimbing ini banyak yang bekerja di instansi pemerintahan dan jebolan dari sekolah kedinasan maupun dari universitas negeri ternama di Indonesia.
Awalnya senang sekali mengikuti siraman rohani, namun saat itu pembimbingku diganti karena mengikuti pindah dinas suaminya. Mulailah aku merasakan kontra karena sang pembimbing baru ini serasa mendoktrinku tanpa bisa menjelaskan alasan-alasannya.
Mulailah akupun berontak dan sejak saat itu lepas dari kegiatan kerohanian. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam siraman rohani tersebut, tapi penyampaian pembimbing baru ini kurang bisa kuterima. Dimana sekarang kamu mbak? Apakah sekarang mbak sudah lebih pandai membimbing adek-adek agar kembali pada agama dan tidak terjerumus pada pergaulan yang salah? Aku berharap demikian..
Kasihan sekali jika anak-anak remaja yang benar-benar ingin belajar keagamaan itu bertemu, berada di tangan yang salah seperti si pemuda bom bunuh diri tersebut
0 comments:
Post a Comment