Saya ingin melahirkan melalui jalan lahir! Itu tekad saya sejak mengetahui kehamilan saya, jika ditanya kenapa? sederhana saja jawabnya karena ingin segera bisa menyusui. Saat kontrol kehamilan di trimester terakhir mendapati tensi saya naik menjadi 140mmHg dan kaki bengkak serta hasil tes proteinuri saya +1 adalah pertanda saya harus waspada dengan pre eklamsi yang banyak terjadi dalam kasus kehamilan. Jika keadaan saya tetap sama dan hasil tes proteinuri makin tinggi, tidak ada pilihan harus mengakhiri masa kehamilan saya dengan jalan operasi, karena membahayakan jiwa bayi dan ibu.
Dengan dukungan suami dan keluarga,mengatur asupan makanan dan pola makan serta berolahraga setiap hari (saya pilih berenang) pada pemeriksaan kehamilan berikutnya tensi saya kembali normal dan hasil tes proteinurin negatif. Tapi kelegaan saya tidak berlangsung lama, karena sampai lewat dari tanggal perkiraan persalinan saya tidak merasakan kontraksi. Dokter memberi saran untuk operasi mengingat kemungkinan tensi saya bisa naik kembali, juga ditakutkan ketuban mulai habis, berat badan janin yang besar diperkirakan 3900g,dan kehamilan saya setelah penantian selama 5 tahun pernikahan, dalam dunia medis disebut anak emas. Dokter saya tidak mau mengambil resiko yang bisa membayakan saya dan bayi.
Keputusan saya tetap ingin melahirkan tanpa operasi, tp suami dan keluarga memberi pencerahan dan masukan kepada saya. Saya mengalah dan mau dioperasi walaupun penuh dengan air mata membayangkan saya tidak bisa langsung menyusui, tidak bisa inisiasi menyusui dini atau IMD.
Banyak yang bilang jika dengan jalan operasi bukanlah seorang wanita sempurna, ataupun tidak menyabung nyawa, ogah merasakan sakit, biarlah orang mau bilang apa asal bayi saya lahir dengan selamat sehat sempurna!
Setelah pengaruh obat bius hilang dan saya sudah bisa posisi agak duduk, barulah saya dibantu suami dan kakak mencoba IMD. Payudara membengkak tapi ASI belum mau keluar, rasanya sakit ditambah merasakan sakit pada bekas operasi. Tapi saya tidak mau menyerah terus mencoba meyusui. Sambil juga mencoba diperah. Sampai-sampai membeli alat pompa ASI yang banyak direkomendasikan teman-teman di milis walaupun harganya sangat mahal untuk saya dan suami tapi demi buah hati mendapat ASI kami lakukan yang terbaik. Sayangnya ASI belum juga mau keluar.
Bagaimana dengan donor ASI? Sejak memutuskan operasi saya mencari donor ASI, tidak seperti di Jakarta yang mungkin banyak serta mudah didapat, kami kesusahan mencari dikota kecil. Dengan sangat terpaksa buah hati kami mendapat susu formula.
Baby blues sindrom sempat menghampiri, saat Nona buah hati kami menangis sepanjang malam karena tidak mau menyusu langsung dari saya. Padahal ASI saya menetes-netes tapi Nona menolak. Rasanya sedih sekali Nona menolak saya, merasa menjadi ibu yang gagal. Saya sudah hampir menyerah dengan rasa kasihan saya pada Nona tapi saya pikir jika saya menyerah berarti saya kalah selamanya. Barulah di hari ke 4 Nona bisa menikmati ASI degan lancar. Suami dan keluarga adalah penyemangat terbesar saya. Merekalah yang selalu ada dan siap mengangkat Nona ke dalam pangkuan saya agar saya susui dan menguatkan saya ketika ketetapan hati saya melemah.
Segala masukan dan saran dari banyak orang tentang makanan dan suplemen yang harus dikonsumsi agar ASI berlimpah saya coba. Membuatkan makanan "trancam" dari sayuran hijau mentah untuk saya adalah tanda penyemangat dari ibu saya.
Saya beruntung sekali tidak menyerah dan dapat menyusui sampai saat ini sekarang nona 4 bulan. Kenapa saya beruntung? Saat saya harus kembali untuk kontrol jahitan setelah operasi dari 12 orang ternyata saya saja yang menyusui. Semua mengatakan ASI mereka tidak keluar. Saya merasa kasihan dengan bayi -bayi mereka juga kasihan dengan para ibu itu mungkin tidak mempunyai keluarga yang menyemangati mereka. Dikota kecil tidak ada dan tidak pernah terdengar klinik laktasi.
Persiapan saya di bulan ke 4 Nona saat ini mulai heboh sendiri untuk mencari ilmu untuk menuju MPASI buat Nona, mulai dari membaca di milis, bertanya pada ibu, kakak saya yang lebih berpengalaman, bertanya ke teman dan membeli buku masakan MPASI. Semoga saja lancar ,meskipun pastinya dibulan-bulan berikutnya saya pasti harus lebih ekstra sabar dan lebih sibuk dalam menyiapkan makanan tapi saya sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Nona disuapan pertamanya. Apakah dia akan menyemburkan makanannya? apakah ada gerakan tutup mulut? Membayangkan ekspresi lucu wajahnya menerima rasa buah yang manis, ataupun sedikit masam, mengejar sendok makan, pasti sangat menggemaskan. Dalam MPASI ini saya juga bertekad hanya memberikan ASI sebagai campuran dalam bahan makanannya. Itulah kenapa saya mulai bersemangat lagi memompa. Pernah seorang teman bertanya kenapa saya memompa ASI toh saya tidak bekerja. Sedikit ada rasa jengkel juga sebenarnya , tapi saya sadari dia tidak tahu rencana saya.
Lewat tulisan ini saya berharap ibu-ibu yang ternyata harus mengalami persalinan dengan operasi jangan pernah menyerah, ASI anda bukannya tidak keluar, ASI anda hanya mengalami keterlambatan dalam pengeluaran saja karena harus menunggu anda pulih dari bius dan anda telah bisa duduk. Jangan pernah menyerah untuk memberikan yang terbaik bagi bayi anda tanda cinta ASI. Mintalah dukungan dari suami dan keluarga. Tutup telinga dari ocehan orang-orang yang membuat anda sedih, stres. Buatlah diri anda gembira, dengan itu anda akan menghasilkan banyak ASI.
Untuk sahabat saya tercinta Nuri, jika kamu membaca tulisan saya ini tetaplah semangat dan bersabar memerah ASImu untuk diberikan pada buah hati walaupun dia masih berada di ICU. Saya yakin ASI adalah doa dan cinta darimu dan harapan positif darimu agar dia kuat dan lekas sehat, kalian sama-sama berjuang ya.. *peluk cium dari jauh
Tulisan ini saya sertakan dalam
Breastfeeding Month Blog Competition di
FEMALEDAILY